Senin, 13 Juli 2015

DOA BERSAMA UNTUK INDONESIA

27 Desember 2014

Untuk mengenang korban bencana alam tsunami Aceh dan letusan gunung Gamalama di Ternate, Fomatika Jakarta membuat acara doa bersama untuk Indonesia. Kegiatan doa bersama untuk Indonesia ini dilaksanakan di Asrama Mahasiswa Tidore, Pasar Minggu. Kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan para korban bencana alam dan sebagai renungan bersama akan pentingnya menjaga kelestarian bumi ini, " ujar ketua panitia kegiatan Alzurzani"(27/12).
Terdapat beberapa agenda acara dalam kegiatan ini, diantaranya pembacaan puisi yang dibacakan oleh Saudari Ayunintia, mahasiswi Universitas Nasional dan ditutup dengan  acara renungan yang disampaikan oleh aktivis LBHI Bung Mustari.

Doc Fomatika : Laporan Ketua Panitia Kegiatan Saudara M. Alzurzani

Doc Fomatika : Pembacaan Puisi Oleh Ayunintia, Mahasiswi Universitas Nasional Jakarta

MENGENANG NUKU SOLEMAN

Judul        : Mengenang Nuku Soleiman
                  RAGU-RAGU PULANG SAJA
Cetakan I : Mei 2005
Penerbit  : Pro DEM (Jaringan Aktivis Pro Demokrasi)
Editor      : Amir Husin Daulay, Beta Ramses, Heri Soba, dkk.

Doc Fomatika : Mengenang Nuku Soleman


Mengingat seorang Muhammad Nuku Soleiman memberi arti tersendiri bagi kalangan aktivis masa kini. Apalagi mereka yang dulunya ikut gerakan mahasiswa dalam menumbangkan rezim Orde Baru pimpinan Soeharto. Nuku bisa dikatakan telah membuka pintu memperjuangkan demokrasi di Indonesia pada tahun 1980-an yang terus mendapat tekanan dari penguasa. Dengan modal keberanian dalam menegakkan kebenaran, konsistensi, kejujuran, dan humanisme, serta banyak keunggulan lainnya Nuku tampil paling depan dalam melawan rezim. Meski perjuangannya banyak berakhir di penjara hingga membawanya menjadi penghuni “hotel prodeo” sebagai tapol tidak pernah menyurutkan niat Nuku untuk tetap melawan rezim yang menurutnya menindas rakyat tersebut.

Nuku Soleiman lahir pada 9 Mei 1964 di Rumah Sakit Cikini, Jakarta, dari pasangan Halimah Fabanyo dan Do’a Soleiman. Saat baru berusia tiga bulan, Nuku yang masih memerlukan ASI harus menerima kenyataan orang tuanya bercerai. Maka Ia diasuh oleh “papa tengah”nya Muhammad Soleiman, dan instrinya, Latifah, sempat menjadi Ibu susu Nuku saat itu. Pada umur 3 tahun, Nuku tinggal di kampung tanah leluhurnya saat dia diasuh oleh neneknya, Umil Hair, di Tidore.

Memasuki usia sekolah dasar (SD) Nuku kembali tinggal di Jakarta. Dia menamatkan pendidikan SD nya di SDN 6 Petang, Tebet Barat. Saat SMP Nuku kembali diasuh oleh pamannya, Muhammad Soleiman, di daerah Kramat Jati dan disekolahkan di SMP Muhammadiyah IV Cawang. Lulus dari SMP, oleh pamannya Nuku disekolahkan di SMA Negeri 54 Jakarta. Saat kelas tiga SMA Nuku dipindahkan ke Ternate dan sekolah di SMA Negeri 1 Ternate. Setelah lulus SMA Nuku kembali ke Jakarta dan kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional (Unas) Jakarta.

Lahir dan besar dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai agama membuat Nuku menjadi sosok yang religius. Jidadnya kehitam-hitaman karena saking rajinnya shalat lima waktu dan tahajud. Nuku bahkan sering melaksanakan puasa Nabi Daud (sehari puasa, sehari tidak selama empat puluh hari berturut), bahkan saat meninggal dunia pun dia sedang melaksanakan puasa Nabi Daud. Dalam hal pergaulan, kebiasaan Nuku hanya meneguk minuman soda non alkohol atau orange jus pada saat diajak teman-temannya ke diskotik. Dia tidak pernah ikut-ikutan mencoba alkohol atau bir sekalipun. Bicara tentang wanita, Nuku Soleiman tidak pernah tergoda sedikitpun pada perempuan penghibur, semontok apapun wanita itu.

Tentang kekayaan, Nuku memang hidup dari keluarga yang serba berkecukupan. Ayahnya adalah pegawai di Aneka Tambang dan pamannya adalah seorang anggota DPR RI. Namun bagi Nuku, hidup dengan mengharapkan atau dalam istilahnya sendiri merepotkan orang lain tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Nuku tak pernah tergiur akan kekayaan. Dia tidak pernah memanfaatkan ketokohannya ketika itu untuk memperoleh kekayaan. Suatu hari, Nuku Soleiman rela berjalan kaki dari Jakarta ke rumahnya di Bekasi karena tak punya uang, padahal di kantongya ada uang milik organisasi sebesar satu juta rupiah. Orang banyak mungkin akan menganggap Nuku naif, karena tidak menggunakan atau meminjam sedikit saja uang tersebut untuk mengongkosinya. Namun dari hal ini Nuku telah menggambarkan kebesaran jiwanya. Juga karena hal-hal seperti itu Nuku sulit dilupakan oleh orang-orang yang mengenalnya.

Menurut Permadi, ketika acara pernikahannya, Nuku menulis RAGU-RAGU PULANG SAJA dalam sebuah spanduk. Nuku beranggapan banyak intelijen memata-matai acara pernikahannya. Lewat spanduk itu Nuku memberi pesan kepada teman-temannya apabila merasa tidak aman hadir dalam acara pernikahannya lebih baik pulang saja. Sedangkan menurut Eko S. Dananjaya, mantan ketua PIJAR yang juga sahabat seperjuangan Nuku, semboyan yang sering keluar dari mulut Nuku adalah RAGU-RAGU PULANG SAJA, ini menggambarkan sosok Nuku bukan tipe yang mudah berubah.

Buku yang berjudul: Mengenang Nuku Soleiman, RAGU-RAGU PULANG SAJA ini memuat tentang beragam pendapat para tokoh tentang sosok Nuku. Adnan Buyung Nasution, Deliar Noer, Erot Djarot, Hariman Siregar, Rizal Ramli, Sjahrir, dan banyak lagi yang menuliskan kenangan mereka tentang Nuku. Buku ini sangat layak untuk dibaca di tengah keadaan negara saat ini yang sedang krisis keberanian serta banyak manusianya yang kehilangan prinsip. (amel)

Sepak Terjang Mahasiswa Tidore di Jakarta


Doc Fomatika : Kongres Ke II dan Seminar Nasional Fomatika Jakarta, Februari 2010.

Menghitung mundur awal sepak terjang mahasiswa asal Tidore yang kuliah di Jakarta tidaklah mudah. Butuh akurasi waktu dan tempat guna mengangkat hal tersebut, atau paling tidak memperoleh informasi lebih jauh kita perlu mendata kampus satu per satu yang ada di Jakarta. Sebagian besar kita sempat mendengar nama Muhammad Nuku Soleiman. Namun jika berbicara Tidore lalu dikaitkan dengan sosok yang satu ini, maka kita akan terbatas pada asal-usul keluarganya. Nuku Soleiman memang berasal dari Tidore, akan tetapi ia menghabiskan pendidikannya mulai SD hingga perguruan tinggi di Jakarta. Informasi tentang apa yang Nuku Soleiman lakukan untuk Tidore tidak kita dapatkan sama sekali. Pengabdian ia curahkan sepenuhnya untuk negara.
 Awal yang baik tentang sepak terjang mahasiswa Tidore di Jakarta dimulai pada tahun 2003, dimana beberapa mahasiswa Tidore membentuk suatu organisasi paguyuban yang diberi nama Forum Mahasiswa Tidore Kepulauan (Fomatika). Pembentukan organisasi ini bisa dikatakan tepat karena luasnya ibukota membutuhkan suatu organisasi yang menjadi wadah perkumpulan mahasiswa Tidore yang tersebar luas di wilayah Jakarta. Fomatika adalah organisasi persaudaraan, kekerabatan, dan menjadi pusat perkumpulan ide untuk Tidore. Hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa Fomatika menjadi awal sepak terjang mahasiswa Tidore di Jakarta. Kali ini Sintesa akan sedikit mengulas Fomatika, mulai dari berdirinya hingga saat ini.

Sejarah Singkat Fomatika Jakarta

Fomatika Jakarta dibentuk pada tanggal 10 Juli 2003. Berdirinya Fomatika digagas oleh beberapa mahasiswa Tidore yang berkuliah di Universitas Nasional Jakarta. Para penggagas ini antara lain Zakaria Kalfangare, Mochdar Soleman, Kamarudin Salim, Mustari Soleman, Soleman Sangadji, dan Muhlis. Berangkat dari kesadaran tentang pentingnya berorganisasi dan membentuk organisasi paguyuban khusus mahasiswa Tidore, maka para pendiri tersebut berdiskusi dan bersepakat untuk mendirikan organisasi yang awalnya diberi nama Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Halmahera Tengah (Hipma Halteng). Dari titik tolak ini, mereka bersepakat menunjuk Manan sebagai koordinator guna mengkonsolidasi dan menghimpun mahasiswa asal Tidore lainnya.

Seiring berjalannya waktu, konsolidasi yang mereka lakukan berjalan cukup baik. Beberapa mahasiswa bisa mereka himpun. Maka pada itu, organisasi tersebut berjalan dengan kaidah dan norma organisasi yang jelas. Persiapan menuju arah organisasi yang lebih jelas mereka tunjukkan dengan mengangkat ketua umum pertama yaitu, Kamarudin Salaim pada tahun 2004. Pada saat itu, kepengerusan organisasi lebih mengutamakan untuk mencari gedung sekretariat dan sekaligus menjadi tempat berkumpul seluruh mahasiswa Tidore. Sekretariat juga menjadi tempat pertama asrama Mahasiswa Tidore Jakarta, berlokasi di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Alasan memilih Jakarta Selatan adalah karena kebanyakan mahasiswa berada di sana. Kebanyakan mahasiswa berkuliah di Universitas Nasional, Universitas Pancasila, STIA Yapan, sekaligus Tanjung Barat merupakan lokasi tepat karena berdekatan dengan mahasiswa yang tinggal di Depok, Jawa Barat.


Doc Fomatika : Silaturahmi dengan toko Maluku Utara-Jakarta Bapak Zainal Soleman di Asrama Mahasiswa Tidore di Jakarta (juli 2011)
Fomatika dibawah kepemimpinan Mochdar Soleman kemudian diganti pada tahun 2006. Fomatika Jakarta masa kepengerusuan Mochdar Soleman dapat dikatakan lebih memperluas basis gerakan dengan membangun tali silaturrahim dengan organisasi paguyuban dari Maluku Utara lainnya. Selain itu, kepemimpinan Mochdar Soleman lebih memperhatikan aspek pengkaderan demi keberlangsungan organisasi kedepannya. Masa kepengurusan Mochdar Soleman berjalan cukup lama, yakni dari tahun 2006 hingga 2010. 

Masa yang begitu lama tidak serta merta membuat Fomatika kemudian mati suri. Pada masa inilah Fomatika telah menghimpun hampir seluruh mahasiswa Tidore yang kuliah di Jakarta. Akhirnya, pada tahun 2010 kongres II Fomatika Jakarta diadakan, dan naik Ansar Muhammad sebagai ketua umum terpilih menggantikan Kamarudin Salim. Ansar Muhammad adalah mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta. Pasca kongres II dan kemudian melahirkan kepengerusan baru dianggap sebagai fase kebangkitan Fomatika Jakarta. Setelahnya lebih banyak diadakan program kemahasiswaan yang mengangkat nama Fomatika Jakarta.

Kepemimpinan Ansar Muhammad yang dimulai pada tahun 2010 telah melahirkan beberapa prestasi. Antara lain, pengadaan Asrama Mahasiswa Tidore setiap tahun. Walau pengadaan asrama mendapat kucuran dana dari Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, tanpa adanya gerakan langkah mendesak diawalnya maka asrama mahasiswa Tidore tidak akan pernah ada. Tahun 2010 Fomatika mengadakan kegiatan penggalangan dana asrama. Pada saat itu hampir seluruh pengurus Fomatika dibantu para pendiri dan beberapa mahasiswa Universitas Nuku Tidore mengadakan “saweran” di Kota Tidore Kepulauan. Langkah yang diambil ini berhasil, seluruh warga Tidore antusias membantu dengan menyumbangkan dana mereka untuk asrama mahasiswa Tidore. “Beberapa ibu-ibu di pasar Sarimalaha bahkan menegaskan, ‘awas kalau sumbangan ini kalian sepelekan untuk urusan lain’, mereka berkata seperti itu,” kata Ibrahim Yusuf, Kamis (8/5). Ibrahim Yusuf sendiri di masa kepemimpinan Fomatika Jakarta tahun 2010 diangkat menjadi ketua Asrama Mahasiswa Tidore. 

Doc Fomatika : Aksi penggalangan dana Asrama di depan Kantor Walikota Tidore, April 2010.


Pengadaan Asrama Mahasiswa Tidore bukan menjadi satu-satunya program Fomatika pada saat itu. Banyak program lainnya yang bahkan lebih mengangkat nama Fomatika Jakarta. Misalnya diadakannya kegiatan Temua Nasional Mahasiswa Tidore se-Indonesia pada tahun 2011. Kegiatan ini berlangsung sukses dan mendapat apresiasi dari hampir seluruh mahasiswa Tidore yang tersebar di Indonesia. Kegiatan ini kemudian melahirkan rekomendasi-rekomendasi berharga yang disodorkan untuk Pemerintah Kota Tidore. Namun sayangnya tanpa pengawalan ekstra rekomendasi tersebut hanya menjadi bunga penghias. Kepengurusan Fomatika Jakarta seluruhnya adalah mahasiswa aktif, pengawalan terhadap rekomendasi hasil Temu Nasional Mahasiswa Tidore tidak mudah dilakukan oleh mahasiswa yang aktif kuliah di Jakarta atau pulau Jawa lainnya. Walau tanpa output yang jelas, tapi kegiatan tersebut telah membingkai sebuah ikatan kekeluargaan yang luar biasa di antara seluruh mahasiswa Tidore yang tersebar di Indonesia.

Doc Fomatika : Kegiatan Temu Nasional Mahasiswa Tidore Se Indonesia 2011, tampak Putu Wijaya, Rizal Kapita serta mantan ketua Umum Fomatika Ansar M
Tahun 2013 Fomatika Jakarta melakukan Survei Opini Publik tentang Kinerja Pelayanan Publik Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Survei yang berlangsung dari Maret-April 2013 ini kembali melibatkan mahasiswa Universitas Nuku dan STMIK Kota Tidore Kepulauan. Mahasiswa dari kedua kampus tersebut sebagai peneliti guna mewawancarai masyarakat yang telah dibagi menurut rumus metodelogi penelitian. Kegiatan ini berlangsung sukses. “Dari survei seperti ini kita dapat mengetahui bagaimana pendapat atau opini warga tentang pelayanan publik di Kota Tidore Kepulauan, dan hasilnya sebagian besar warga tidak merasa puas sebenarnya,” ujar Ketua Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Fomatika Jakarta 2010-2014 Naufal Umasangadji kepada Sintesa Jum’at (9/5).

Doc Fomatika : Konfrensi Pers hasil riset opini publik tahun 2013 oleh Ansar, Buchari dan Mustari


 Naufal menambahkan sebenarnya hasil penelitian telah mereka masukan kembali sebagai rekomendasi kepada Pemerintah Kota Tidore dan bahkan sebelumnya telah diadakan konferensi pers tentang hasil penelitian tersebut. “Kami telah mengajukan hasil tersebut sebagai rekomendasi kepada pemerintah. Banyak warga merasa tidak puas terhadap pelayanan, kami berharap tentunya ini penting untuk ditindaklanjuti. Pada saat itu kami juga mengharapkan adanya kinerja pemerintah yang lebih menitikberatkan pada permasalahan pembangunan sarana dan prasarana di Kota Tidore Kepulauan,” tambahnya. Naufal yang baru saja meraih gelar S1 Teknik Arsitektur dari Universitas Muhammadiyah Jakarta ini mengharapkan agar kedepannya Fomatika Jakarta dapat lebih mebangun kerja sama dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan demi pembangunan masyarakat Tidore.

Pendapat Naufal tersebut menjadi harapan untuk kepengurusan yang baru. Sebagai informasi, pada tanggal 28 April kemarin Fomatika telah melaksanakan Kongres ketiganya. Kongres tersebut mengangkat Mustaiyn Rahmat Agung yang merupakan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta sebagai ketua umum terpilih. Masa kepemimpinan Ansar Muhammad berakhir mulus dan membawa sekian banyak prestasi, tidak hanya bagi individu pengurus tapi juga bagi Tidore, bangsa dan negara. Semua berharap semoga Fomatika kedepannya makin berprestasi.


Senin, 06 Juli 2015

Aksi di Bundaran Hotel Indonesia

Jakarta 26 Oktober 2014

Forum Mahasiswa Tidore Kepulauan (Fomatika) Jakarta menggelar aksi longmarch di Bundaran Hotel Indonesia. Dalam aksi tersebut Fomatika menyoroti beberapa permasalahan pendidikan di Kota Tidore Kepulauan. Fomatika berpandangan bahwa Pemerintah Tidore gagal mewujudkan misi Tidore Cerdas dan Kompetitif dalam dunia Pendidikan. Seperti ketersediaan tenaga pengajar yang masih kurang dibeberapa Kecamatan didataran Oba, kualitas tenaga pengajar, infrastruktur pendidikan yang minim.





Dalam aksi ini juga Fomatika Jakarta menuntut agar Pemerintah Kota Tidore menyediakan asrama buat Mahasiswa Tidore yang berada di Jakarta. Asrama mahasiswa dianggap penting, karena bisa meringankan beban biaya kuliah di Jakarta, dan juga sebagai fasilitas keilmuan, tempat diskusi dan lain-lain.





Amar Putusan Dewan Penasehat Organisasi Fomatika Jakarta

Jakarta 6 Juni 2015




Berdasarkan hasil peninjauan selama masa kepengurusan Fomatika Jakarta periode 2014-2016 yang berjalan selama satu tahun ini, kami melihat telah terjadi

stagnasi pada berjalannya program kerja organisasi. Hasil kongres III Fomatika Jakarta di Cisarua, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 April 2014 yang menjadi forum permusyawaratan tertinggi organisasi dengan mengangkat Mustaiyn Rahmat Agung sebagai ketua umum berjalan mandek dan vakum selama satu tahun ini. Melihat hal tersebut, dan dengan berdasarkan pada Anggaran Dasar Fomatika Jakarta Pasal 7 point (a) dan Pasal 9 point (b) serta pasal 11 ayat 1 berikut ayat 2 point (a) dan (b), yang secara keseluruhan menjelaskan menyangkut badan pengurus harian yang tidak berfungsi serta kebijakan dewan penasehat dalam mengambil tindakan. Selanjutnya dengan berdasarkan pasal 16 point (a) hingga point (b), yang mana menjelaskan menyangkut sanksi terhadap ketua umum dan atau pengurus harian yang lain. Begitu pun berdasarkan pada anggaran rumah tangga (ART) pasal 6 ayat 2 dan ayat 3, yang mana menjelaskan tentang terselenggaranya pemberhentian dan peralihan jabatan ketua umum atau pengurus yang dipilih melalui kongres luar biasa.

Melihat pertimbangan di atas, maka dewan penasehat  Fomatika Jakarta periode 2014-2016 memutuskan hal-hal sebagai berikut:
1.    Menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB) Fomatika Jakarta periode 2014-2016 berdasarkan pada garis-garis besar haluan organisasi (GBHO).
2.    Memberi sanksi kepada ketua umum Fomatika Jakarta periode 2014-2016, saudara Mustaiyn Rahmat Agung melalui terselenggaranya Kongres Luar Biasa untuk melepaskan jabatannya selaku ketua umum.
3.    Mengangkat salah satu pengurus dibawah ketua umum (Sekretaris Umum atau ketua bidang) untuk mengisi jabatan sebagai ketua umum untuk menggantikan saudara Mustain Rahmat Agung.
4.    Setelah terpilih ketua umum baru, maka dewan penasehat akan mengeluarkan surat keputusan berikut melantik sebagai bentuk keabsahan terpilihnya ketua umum yang baru.
5.    Segala sesuatu yang telah dibacakan di atas menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari dewan penasehat Fomatika Jakarta dan seterusnya akan di bahas dalam forum tertinggi kongres luar biasa.

Demikian amar putusan dewan penasehat ini dibuat dan untuk disampaikan dalam kongres luar biasa (KLB) Fomatika Jakarta. Selanjutnya kami meminta pandangan umum dari ketua umum Fomatika Jakarta serta pertimbangan dari badan pengurus yang lain.

Jakarta, 6 Juni 2015

DEWAN PENASEHAT ORGANISASI
FOMATIKA JAKARTA
PERIODE 2014-2016


RUSTAM ADE


Hasil Keputusan KLB Fomatika Jakarta
1. Mengangkat Sekertaris Umum, Irwansyah Muhammad sebagai Ketua Umum Fomatika Jakarta.
2.  Berdasarkan hasil lobi, Mustayin Rahmat Agung (Ketua umum sebelumnya) sebagai Sekertaris Umum Fomatika Jakarta.